RANGKUMAN KONSEP AL-QUR'AN DAN KONSEP WAHYU
KONSEP AL-QUR’AN
A.
Definisi Al-Qur’an
1.
Konotasi
Harfiyah
Sebagian ulama’ bahasa berpendapat, bahwa
kata Al-Qur’an merupakan bentuk mashdar
(kata kerja yang dibendakan), dengan mengikui standar Fu’lan, sebagaimana lafadz
Gufran, Rujhan, dan Syukran.
Lafadz Al-Qur’an adalah lafadz mahmuz, yang salah satu bagiannya berupa huruf
hamzah, yaitu bagian akhir, karenanya disebut mahmuz lam, dari lafadz Qaraa’a-yaqro’(u)-Qira’at(an)-Qur’an(an).
Dengan kontasi Tala-Yatlu-Tilawat(an):
membaca-bacaan. Kemudian lafad itu mengalami konversi dalam peristilahan
syariat, dari konotasi harfiyah ini, sehingga dijadikan sebagai nama untuk
bacaan tertentu, yang dalam istilah orang Arab disebut: Tasmiyyah al-maf’ul bi
al-mashdar, menyebut objek dengan mashdarnya. Konotasi harfiyah ini dinyatakan
dalam Firman Allah SWT dalam surah Al-Qiyamah ayat 16-17.
Al-Qur’an adalah bacaan yang dibaca dengan
lisan sebagaimana dengan lisan, sebagaimana disebut dengan istilah Kitab,
karena keduanya merupakan bentuk penyebutan sesuatu mengikuti konotasi realitas
yang ada pada Rasulullah SAW.
2.
Konotasi Syar’i
Para ulama berpendapat bahwa Al-Qur’an
adalah kalam Allah yang berupa mukjizat, diturunkan kepada Muhammad SAW, dan
dinukil kepada kita secara mutawatir, serta dinilai beribadah ketika
membacanya. Batasan: kalam Allah
yang berupa mukjizat telah menfikan selain kalam Allah. seperti kata-kata
manusia jin, malaikat, nabi atau rasul.
Batasan: diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW. telah mengeluarkan apa saja yang dikatakan sebagai Al-Qur’an, namun tidak
mutawatir. Batasan terakhir: dinilai beribadah ketika
membacanya telah mengeluarkan hadis
Qudsi, meski ia dinisbatkan kepada Allah. sebab, membacanya tidak bernilai
ibadah, sebagaimana yang akan dijelaskan kemudian.
b.
Perbedaan Al-Qur’an dengan Hadits dan Hadits Qudsi
Perbedaannya
yaitu pada sumber-sumbernya. Al-Qur’an yang merupakan wahyu dari Allah yang
mana lafadz dan maknanya bersumber dari-Nya. hadits yang merupakan maknanya yang
bersumber dari Allah, sedangkan lafadznyabbersumber dari Rasulullah.
1.
Realitas Hadits
dan Hadits Qudsi
Hadits yaitu apa yang
dinukil dari Rasulullah baik dalam bentuk perkataan, perbuatan maupun
kebenaran. Namun hadits tersebut dinisbatkan kepada kepada NAbi, sehingga
disebut Hadits Nabawi, dan kadang disebut dinisbatkan kepada dzat yang Qudus,
sehingga disebut Hadits Qudsi.
2.
Perbedaan
Al-Qur’an dengan Hadits Qudsi
a.
Al-Qur’an dalam
bentuk kalam atau ungkapan kata, sedangkan Hsdits tidak
b.
Al-Qur’an
diriwayatkan secara mutawatir sedangkan Hadits tidak
c.
Al-Qur’an dijaga
oleh Allah. sedangkan Hadits Qudsi tidak
C.
Nama-nama dan Sifat Al-Qur’an
1.
Nama-nama
Al-Qur’an
a.
Kitab (surat
Al-JAtsiyah:2),
b.
Dzikr (surat
Al-Hijr:9),
c.
Furqan (surat
A-Furqan:1),
d.
Tanzil (surat
As-Syu’ara:192)
2.
Sifat-sifat
Al-Qur’an
a.
Mubarak(berkah),
b.
Hakim(hikmah),
c.
Majid(mulia)
3.
Perbedaan
Al-Qur’an dengan Hadits secara umum
a. Al-Qur’an
merupakan kalam Allah. sedangkan Hadits merupakan ekspresi manusia yang
bersumber dari wahyu.
b. Al-Qur’an dalam
bentuk kalam atau ungkapan kata, sedangkan Hsdits tidak Al-Qur’an
diriwayatkan secara mutawatir sedangkan Hadits tidak
c.
Al-Qur’an dijaga
oleh Allah. sedangkan Hadits Qudsi tidak
E.
Nama-nama dan Sifat Al-Qur’an
1.
Nama-nama
Al-Qur’an
a.
Kitab (surat
Al-JAtsiyah:2),
b.
Dzikr (surat
Al-Hijr:9),
c.
Furqan (surat
A-Furqan:1),
d.
Tanzil (surat
As-Syu’ara:192)
2.
Sifat-sifat
Al-Qur’an
a.
Mubarak(berkah),
b.
Hakim(hikmah),
c.
Majid(mulia)
F.
Posisi Al-Qur’an
1.
Sebagai
undang-undang paling utama
2.
Al-Qur’an
menentukan jalan hidup manusia
3.
Al-Qur’an
sandaran kenabian
KONSEP
WAHYU
A.
Definisi Wahyu
Lafadz
wahyu adalah lafadz mashdar yang mempunyai konotasi isyarat halus yang cepat
(isyarah syari’ah khafiyyah). Jika dikatakan, Awhaytu ila Fulan (saya berbicara
kepadanya dengan cepat dan secara rahasia). Maka secara etimologis, wahyu
berarti isyarat, sinyal atau ilham.
Menurut ibnu Hajar dalam Fath al-Bari: Secara
syar’i, (wahyu) adalah pemberitahuan mengenai syariat. Kadang disebut dengan
istilah wahyu, namun dengan konotasi isim Maf’ul-nya, yaitiu sesuatu yang
diwahyukan, yaitu kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
B.
Realitas Wahyu
1.
Wahyu sebagai
panduan manusia
Perlu diakui bahwa
manusia memrlukan panduan yang bisa mengatur hidupnya. Jika tidak, hidupnya
akan mengalami kekecauan yang luar biasa. Panduan itu harus bisa menyelesaikan
seluruh masalah manusia, tanpa masalah. Tentu, mustahil jika panduan tersebut
bersumber selain Dzat Yang Maha Pencupta, Allah SWT. Sehingga hal tersebut
mrupakan keniscyaan bagi kehidupan umat manusia.
2. Bukti
Autentisitas Wahyu
Sebagai pedoman dari
Allah. substansi wahyu sebagai ilham atau petunjuk adalah realitas yang ghaib
ysng tidak bida dijamah oleh indera manusia. Karena itu, menurut Ali Al-Hasan,
guru besar di Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab, Universitas Uni Emirates
Arab, autentisitas wahyu tersebut harus dibuktikan dengan dalil naqli, bukan akli,
yaitu pada Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 163 dan Surat Asy-Syura ayat 52.
Ketika bukti verbal
tersebut tidak bisa dibuktikan keasliannya seperti kitab Nabi dan Rasul yang
terdahulu yang ada saat ini, maka sangat sulit untuk membuktikan susbtansinya
sebagai wahyu jika bukan degan dalil naqli, yaitu nas Al-Qur’an dan riwayat
yang membuktikan keabsahannya sebagi hadis Nabi. Melalui bukti verbal kewahyuan
Al-Qur’an yang ditunjukkan dengan akal, karena Al-Qur’an bisa dijamah oleh
inderamanusia hingga hari kiamat.
3.
Wahyu
menistayakan adanya Nabi dan Rasul
Wahyu merupakan bentuk komunikasi Tuhan
dengan manusia. Wahyu memerlukan manusia sebagai wujud material yang membawanya
yaitu Nabi dan Rasul. Malaikat yang menjadi wujud non-material yang bisa
menjelma menjadi wujud wujud material, sebagai perantara yang menyampaikan
wahyu tersebut dari Allah.
Kesimpulannya, tidak ada bukti apapun baik
naqli ataupun akli yang bisa membuktikan bahwa wahyu itu dari Tuhan.
4.
Proses pewahyuan
final
Nabi Muhammad SAW
adalah Nabi dan Rasul terakhir yang terakhir diutus kepada manusia, dan
Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang diturukan, serta menjadi penghapus
syari’at terdahulu meski pesan dasar yang menyangkut akidah sama yaitu tauhid.
C.
Ragam Pewahyuan
Menurut Al-Qayyim Al-JAuziyyah:
1.
Mimpi yang benar
(ru’yah shadiqah)
2.
Disampaikan oleh
malaikat melalui hatinya tanpa dilihat olehnya
3. Seruan malaikat,
ketikamalaikat tersebut menjelma menjadi manusia, kemudia dia menyerunya hingga
beliau menyadarii apa yang dikatakannya kepada beliau.
4. Beliau
didatangin malaikat jibril dalam bentuk gemerecing bel; inilah yang paling
berat bagi beliau.
5. Beliau pernah didatangi malaikat jibril dalam
bentuk aslinya
Komentar
Posting Komentar